Senin 25 January 2016. 17.20 WIB
Hai. Oh mon dieu, ca fait une
semaine que je n’ecrit pas cette journal de KKN. Satu minggu yang sangat luar
biasa terlewati dari yang mulai ada kesurupan ditengah rapat pada malam hari
sekitar pukul sembilan sampai kami menghabiskan waktu bersama untuk berfoto di
sawah.
(Selasa 19 januari)
Pada hari ini kami harus bertemu
dengan kepala sekolah yang ditemani oleh Pak Kades, tepat pukul 8 kami
berangkat menuju sekolah, aku lah yang menjadi juru bicara disana, syukur
kepala sekolah memperbolehkan kami untuk mengajar disana dan berkeliling
sekolah. Beberapa dari kami ada yang langsung diminta mengajar, namun ada
beberapa yang hanya memperkenalkan dirinya sebagai pengajar.
Aku benar-benar tidak tahu menahu
soal mengajar, selama ini yang aku dapat hanya teori di kampus, aku benar-benar
bingung harus bagaimana, bagaimana mengahadapi anak-anak, bagaimana mengajar,
apa yang harus diajarkan? Lagipula aku berasal dari jurusan bahasa prancis,
tidak mungkin aku mengajarkan kemampuanku. Aku harus beradpatasi disana, aku
harus menyesuaikan diri dengan apa yang mereka butuhkan.
French TEAM in Cicinde. We are so tired in first meet with the student :") |
Dibalik kebingungan itu aku
senang bisa bertemu anak-anak desa yang masih sangat lugu, dengan pakaian
sederhana mereka, gaya bicara mereka yang tidak aku mengerti. Setelah sekiranya
cukup, kami langsung pulang menuju rumah masing-masing untuk istirahat karena
malam hari nanti kami akan mengadakan rapat kembali.
Mungkin karena lelah, semua
teman-teman tidak ada yang menggubris ajakanku untuk rapat,sempat mati lampu
juga, alhasil rapat dimulai sangat telat, kira-kira sekitar pukul 8 malam.
Diputuskan untuk rapat di rumah perempuan. Setelah semuanya berkumpul, aku
mendapati teman baru yang baru saja hadir karena menyusul, Linggar namanya.
Kami membentuk lingkaran didalam
rumah, haft! aku bahkan tidak sanggup untuk menceritakannya. Rapat pun dimulai,
suasana mulai tenang, ketika Iqbal ketua kelompok besar berbicara membahas apa
yang harus dilaporkan esok hari di balai desa bersama kepala desa dan para
ketua RT RW. Karena rumah perempuan tidak begitu besar maka beberapa laki-laki
berada diluar untuk tetap mengikuti rapat, namun di tengah-tengah rapat
tiba-tiba Linggar ingin ke kamar mandi, ia berjalan perlahan ditemani Sahrul,
namun belum setengah jalan tiba-tiba Linggar terjatuh di tengah lingkaran rapat
tidak sadarkan diri, hal itu membuat gempar seisi rumah. Beberapa laki-laki
membantu mengangkat Linggar untuk dibaringkan di tempat tidur, awalnya aku
tidak berpikir akan terjadi hal buruk, aku hanya berpikir bahwa Linggar pingsan
karena kelelahan akibat perjalanan yang jauh. Lingkaran rapat tadi menjadi
lingkaran tak beraturan, melihat kejadian itu aku dan restu langsung
berinisiatif untuk membuatkan teh hangat. Di dapur tidak hanya kami berdua
namun ada Iqbal juga, dia berkata bahwa Linggar kesurupan , mulai dari situ jantungku semakin berdetak kencang
sampai-sampai tanganku bergetar ketika menaruh gula dan air kedalam gelas.
Saking paniknya mungkin. Hmm.
Ketika aku kembali dari dapur
suasana mulai tenang, di ruangan tersebut ada 2 kasur, yang satunya dekat pintu
di tiduri oleh Linggar dan yang satunya didekat televisi, terlihat seseorang
sedang ketakutan, dia adalah ka pija, dtemani oleh Cipa yang berusaha
menenangkan hatinya bahwa semua baik-baik saja. Semua anak perempuan langsung
memakai kerudung dan membacakan alquran bersama-sama. Aku pun ikut bergegas
mengambil alquran. Namun terlihat ka Pija benar-benar tidak tenang sehingga
alam bawah sadarnya mempengaruhinya, ia terlihat ketakutan dan melamun, ia
tidak mengikuti bimbingan Cipa untuk membaca alquran.
Aku juga merasakan hal yang sama,
aku benar-benar tegang, sehingga tidak fokus membaca alquran dan malah melihat
ka Pija yang ketakutan. Di sisi lain alhamduilllah terlihat seorang warga
mungkin pak ustad datang kerumah untuk mengusir sesuatu yang memasuki tubuh
Linggar. Aku memperhatikan mulutunya komat-kamit membacakan doa sambil
menggerayangi tubuh Linggar dari atas sampai kebawah, ketika tangannya sudah
mencapai ujung jari yang artinya sesuatu itu berhasil keluar dari tubuh Linggar.
Tapi secara mendadak sesuatu itu masuk ke dalam tubuh Ka Pija, sehingga
langsung terdengar teriakan dari mulutnya dan tubuhnya mulai menegang, sontak
kami semua terkaget reflek berkata “Astagfirullah” dan langsung mengencangkan
suara sambil masih membaca Al baqarah.
Pak ustad, Ridho dan Indra segera
memegang Ka Pija untuk di baringkan, dengan penuh perjuangan mereka memegang
kaki dan tangannya yang tegang agar
berbaring, keinginan hanya tinggal keinginan, takdir berkata lain pada posisi
telentang hampir terbaring tiba-tiba Kapija berdiri seperti terbang tanpa
menekukkan anggota tubuh sama sekali. YA AKU MELIHATNYA DENGAN MATA KEPALAKU
SENDIRI untuk pertama kalinya. Seperti sedang menonton film horor yang
dibuat-buat pada adegan tersebut namun ini benar-benar nyata. Adegan terbang
itu. Di depan mata.
Beberapa saat kemudian pak Ustad
berhasil mengeluarkan sesuatu itu dr tubuh ka Pija, alhamdulillah suasana mulai
tenang. Pembacaan alquran pun di cukupkan. Rapat tidak dilanjutkan dan beberapa
anak laki-laki kembali ke homestay mereka, adapula yang tetap berjaga di depan
homestay wanita.